Thursday, December 6, 2007

Clash between Islam and Western. East West Connection in Metro TV (5/12/2007).

Malam kemarin saya melihat acara diskusi East West Connection yang diadakan dalam rangka diskusi hubungan Islam dan Demokrasi. Acara ini sudah saya tunggu-tunggu sejak kemunculan pariwaranya minggu lalu. Diskusi melibatkan empat panelis, dua dari Indonesia (Prof. Amien Rais dan Prof. Azyumardi Azra) dan dua dari Amerika Serikat serta dipandu oleh dua moderator yaitu Najwa Shihab dan moderator Amerika yang saya lupa namanya.

Secara umum panelis Indonesia berpendapat bahwa Islam tidak bertentangan dengan demokrasi, justru nilai-nilai demokrasi banyak terdapat dalam ajaran Islam. Menurut Prof. Amien Rais, dilihat dari sisi ke-Islaman ajaran agama ini tidak menghalangi diterapkannya nilai-nilai demokrasi dalam sendi kehidupan bermasyarakat. Dilihat dari sisi demokrasi, pengamat politik Amerika, Prof. Grisham, mengatakan perlu adanya pemisahan nilai agama dengan kehidupan masyarakat. Karena agama dengan aturannya sendiri dapat mengintervensi nilai-nilai kehidupan masyarakat yang universal. Pemisahan nilai religi dengan nilai kehidupan umumnya dikenal dengan konsep sekularisme. Hubungan dengan Tuhan bersifat personal, sedangkan hubungan dengan masyarakat lain lagi.

Disini saya melihat alasan mengapa demokrasi liberal yang diterapkan oleh barat tidak akan dapat diterima seluruhnya oleh dunia Islam. Sayapun semakin mengamini pendapat Samuel P. Huntington tentang ramalannya mengenai clash of civilization antara dunia Islam dengan dunia barat.

Dalam dunia Islam sejatinya tidak dikenal istilah pemisahan agama dengan kehidupan bermasyarakat. Hukum Islam adalah pondasi yang digunakan oleh pemeluknya. Islam mengenal konsep dua hubungan, yaitu hablum minallah atau hubungan dengan Rabb-nya serta hablum minannas atau hubungan dengan manusia yang kesemuanya diatur dalam Quran dan Hadis. Hablum minannas mengatur cara muslim berhubungan dengan orang lain dalam lingkup politik, sosial, bahkan hingga yang remeh temeh seperti bertegur sapa.

Ketika konsep ini dihilangkan atau digunakan secara parsial, dalam hal ini hanya hablum minallah, maka ajaran Islam tidak dijalankan dengan sempurna.

Oleh karena itu, jika penerapan demokrasi liberal hanya bersifat satu arah dan cenderung dipaksakan mengikuti pola Negara barat, maka adanya benturan peradaban antara Islam dan Barat hanya tinggal menghitung waktu.

Sampai saat ini saya sejalan dengan pendapat Prof. Azyumardi Azra yang mengatakan bahwa Pancasila sebagai landasan Negara kita mengakui penggunaan hukum dan pandangan agama dalam kehidupan bermasyarakat seperti tercantum dalam sila pertama.

Yang terpenting adalah Indonesia harus punya sikap dalam menentukan sistem pemerintahan dan bermasayrakat apa yang cocok digunakan. Perbedaan kultur membuat variasi dari variabel yang paling independen sekalipun. Tidak semua dari barat selalu bagus, dan tidak semua buruk untuk diterapkan.